OASA bangun pabrik biomassa di Blora libatkan masyarakat
May 24, 2024
Share this article
Jakarta (ANTARA) - PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA), perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan, membangun pabrik biomassa di daerah Jepong, Blora, Jawa Tengah, dengan melibatkan sejumlah lembaga masyarakat desa dan lembaga pertanian di daerah tersebut.
“Lembaga-lembaga desa dan kelompok pertanian itu akan menjamin pasokan bahan baku, berupa limbah pertanian, kehutanan dan perkebunan untuk keberlangsungan usaha kami. Kami akan beli bahan baku dari mereka,” Direktur Utama OASA Bobby Gafur Umar dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Daerah Jepon di Kabupaten Blora yang luas dengan tanaman kehutanan, perkebunan dan pertanian, dipilih sebagai lokasi pabrik bahan baku biomassa.
Penandatanganan naskah kerja sama antara PT Maharaksa Biru Energi Tbk dengan sejumlah lembaga yang tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), dilakukan di Blora, Kamis (25/4), disaksikan Bupati Blora Arief Rohman.
“Ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan usaha biomassa yang produktif dan bermanfaat bagi kedua pihak, masyarakat Blora dan OASA., didukung penuh oleh pak Bupati,” ujar Bobby.
Di Kabupaten Blora ini ada 6 Kecamatan. Satu kecamatan kira-kira 1.000 petani. Kalau satu petani ada seorang istri dan dua orang anak, berarti 6.000 kali 4, bisa mencapai 24 ribu orang petani. Jadi, sedikitnya 24.000 orang petani ikut diberdayakan. Inilah esensi ekonomi sirkular, ekonomi kerakyatan, memberdayakan petani,” kata Bobby.
Bobby yang juga Ketua 1 METI (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia) itu mengatakan, pola pengembangan pertanian melalui program inti-plasma dapat diterapkan, dengan melibatkan koperasi dan gabungan usaha-usaha pertanian, untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman seperti turi, kaliandra dan lamtorogung.
“Kita harus berusaha menumbuhkan ekonomi kerakyatan tanaman energi,” kata Bobby, seraya menambahkan bahwa pola tersebut telah terbukti berhasil ketika diterapkan di usaha perkebunan kelapa sawit sejak beberapa tahun silam.
Konsep tersebut, kata Bobby, telah dan akan diterapkan oleh PT Maharaksa Biru Energi Tbk di sejumlah usaha pengembangan biomassa di beberapa daerah. Di pulau Bangka, di mana OASA juga telah menjalankan pabrik woodchip, penebangan pohon dan tanaman-tanaman untuk keperluan bahan baku telah dilakukan secara konsisten dengan melibatkan kekuatan penuh petani, diikuti dengan penanaman kembali, sebagai bagian dari penghijauan dan menjaga keberlanjutan usaha.
Bobby mengatakan pemenuhan kebutuhan biomassa untuk program co-firing PLTU masih jauh dari cukup. Hingga tahun 2023, capaiannya baru mencapai 1 juta ton dari 10,2 juta ton yang direncanakan hingga 2025. Indonesia masih membutuhkan banyak biomassa untuk program co-firing, guna menggantikan sebagian besar batubara di sejumlah PLTU di seluruh Indonesia.
Dikatakan besarnya kebutuhan biomassa tersebut tak terlepas dari penggunaan biomassa yang secara nyata telah mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil. Selain itu, walau kebutuhan naik, penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa yang terjangkau bahkan berbanding 1:1 dengan batu bara, membuat biomassa sangat ekonomis.
“Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah," ujar Bobby.
Dengan meningkatnya penggunaan biomassa untuk co-firing PLTU, maka reduksi emisi ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2 pada tahun ini. Target tersebut meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2.
"Jumlah PLTU yang menggunakan biomassa dipastikan akan bertambah, sehingga, total kebutuhan biomassa diprediksi meningkat hingga 10,2 juta ton biomassa," katanya.
sumber : https://www.antaranews.com/berita/4074219/oasa-bangun-pabrik-biomassa-di-blora-libatkan-masyarakat