Lewat “Heatech 2023”, MEBI Dorong Percepatan Transisi Energi Berkelanjutan

Feb 21 •
KOMPAS.com - Mendukung pemerintah mewujudkan transisi energi berkelanjutan, Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) menggelar "Heatech Indonesia 2023" pada 5–7 Oktober 2023 di Jakarta International Expo, DKI Jakarta.

"Heatech Indonesia 2023" yang merupakan kolaborasi MEBI dan PT Media Artha Sentosa mencakup dua pameran sekaligus meliputi Expo Boiler dan Expo Biomass. Pameran diikuti lebih dari 70 peserta dari bidang teknologi pemanas, boiler dan biomassa dari 12 negara.

“Diharapkan kegiatan ini dapat secara kontinyu menggiatkan pelaku industri untuk beralih menggunakan sumber energi terbarukan, terutama biomassa," ujar Ketua Umum MEBI, Milton S Pakpahan dalam konferensi pers (5/10/2023) yang digelar di sela-sela pameran.

Milton menyampaikan pihaknya ingin mengubah mindset pelaku industri bahwa tidak sesulit dibayangkan untuk beralih ke biomassa.

"Dan ini harus disebarluaskan terutama untuk generasi muda. Waktunya adalah sekarang. Dunia bergerak dan bertransisi ke energi baru dan terbarukan, Indonesia juga harus beralih, di antaranya dengan dekarbonisasi dan diversivikasi energi melalui energi biomassa," tegas Milton.

Hal senada disampaikan Arif Yunan, Sekjen MEBI yang menyebutkan biomassa sangat potensial sebagai energi terbarukan menjadi pengganti batu bara.

"MEBI berperan melakukan percepatan energi bersih dan pemberdayaan ekonomi. Kami melihat masih ada tantangan-tantangan yang dihadapi dari sisi supply, demand, maupun harga," ungkapnya.

Yunan menyampaikan, dalam ruang lingkup ASEAN dan dunia, telah muncul kesepakatan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil berlebihan dalam kaitan dekarbonisasi.

Biomassa Jadi Tulang Punggung Transisi Energi 

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia telah berkomitmen mendorong transisi energi menuju bauran energi baru dan terbarukan mencapai 23 persen di tahun 2025 dan 31 persen di tahun 2050 serta penurunan emisi hingga net zero pada tahun 2060.

Hal ini telah menjadi agenda nasional dalam rangka menjaga ketahanan energi dan menciptakan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Salah satu strategi pengembangan sumber daya energi terbarukan adalah melalui pemanfaatan bioenergy/biomassa.

Ifraldi Sikumbang, Koordinator Acara menyampaikan, biomassa dapat tulang punggung dari transisi energi terbarukan. "Target 23 persen energi terbarukan nasional, 11,3 persen datang dari surya dan baru, sedangkan sisanya dari bioenergi dan biomassa," ungkapnya.

"Kebijakan Energi Nasional yang ditetapkan pemerintah sejalan dengan potensi sumber daya energi biomassa yang tersedia diseluruh wilayah Indonesia," jelasnya.

Energi biomassa diperoleh dengan mengkonversikan bahan/limbah hayati pertanian dan perkebunan dan kehutanan Selain itu dari pengolahan limbah industri argo seperti kelapa sawit, tebu, kelapa dan sampah yang setiap hari diproduksi oleh setiap individu.

Dengan potensi yang ada, MEBI optimis biomassa dapat menjadi solusi transisi energi baik di pembangkitan listrik maupun di industri, meningkatkan rasio elektrifikasi yang pada akhirnya akan mewujudkan ketahanan energi nasional. Data ESDM terakhir menyebutkan potensi biomassa Indonesia diperkirakan dapat menghasilkan atau setara 59 Giga Watt. Potensi rilnya ini diyakini lenih besar dari angka resmi.

“Heatech Indonesia memasuki penyelenggaraan keempat kalinya tahun ini. Kami terus mengembangkan profil Biomassa dalam kegiatan ini, dan bekerja sama dengan MEBI untuk menghadirkan Paviliun Biomassa," ujar Teddy Halim, Direktur PT Media Artha Sentosa, Penyelenggara Heatech Indonesia.

Teddy menyampaikan, selain para peserta menampilkan produk dan solusi energi biomassa bagi industri. pameran tahun ini juga mengadakan seminar biomassa bertajuk "Switching to Biomass: Energy Transition Solutions in Indonesia”.

Ego Syahrial, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastuktur Energi menjelaskan, biomass-cofiring akan diterapkan pada 113 unit PLTU milik PLN di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.664 MW.

"Penerapan cofiring telah dilakukan sejak tahun 2020 dengan blending rate 1 persen hingga 15 persen tergantung jenis boiler serta ketersediaan bahan baku,” ujarnya.

Tujuan pembakaran bersama biomassa pada PLTU yang ada adalah untuk memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan “menghijaukan” PLTU lebih cepat.

“Pada semester pertama tahun ini, cofiring telah diterapkan di 36 lokasi dan menghasilkan energi hijau sebesar 325 GWh, yang mengurangi emisi sebesar 321 ktCO2. Total biomassa yang digunakan pada pembangkit listrik tersebut adalah 306 kilo ton,” Ego Syahrial menambahkan.

Trois Dilisusendi, Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, DJEBTKE menyampaikan biomassa sebagai salah satu Energi Terbarukan memiliki peran strategis dan sebagai salah satu backbone dalam mencapai transisi Energi dan NZE serta menciptakan circular ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin pada capaian EBT di akhir 2022 sebesar 12,3 persen, Bioenergi berperan besar dengan kontribusi sebesar 7,45 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lewat "Heatech 2023", MEBI Dorong Percepatan Transisi Energi Berkelanjutan", Klik untuk baca: https://lestari.kompas.com/read/2023/10/05/190447086/lewat-heatech-2023-mebi-dorong-percepatan-transisi-energi-berkelanjutan?page=all.